paolo di canio : selalu di hati fans
Paolo Di Canio, the great.......
Paolo Di Canio bukan hanya di hati para tifosi Lazio namun juga selalu di hati publik Inggris, khususnya di hati para fan West Ham United. Di Video yang di tayangkan di internet, Henry Redknapp menceritakan beberapa episode yang terjadi di London, saat ia melatih The Hammers. Pelatih itu mengatakan bahwa Di Canio itu adalah salah satu pemain hebat yang pernah dilatihnya sekaligus seorang yang super gila.
The Story.
Salah satu kenangan yang membuat kagum Harry terhadap Di Canio adalah saat Partai menghadapi Bradford City, "saat itu kami tertinggal 4-2, dan ketika itu Di Canio dilanggar dan wasit tidak memberikan penalti kepada kami. Di Canio akhirnya duduk di pinggir lapangan dan berkata "saya tidak mau bermain lagi", aku menyuruh dia untuk bangun karena kita sedang kalah, tetapi ia mengulangi lagi bahwa ia tak mau bermain lagi."
Redknapp melanjutkan kisahnya bersama mantan Lazio itu "Kita harus segera mencetak gol kelima" tetapi Di Canio tetap tak bergeming. Kejadian itu dilihat para suporter dan kemudian berdiri dan mulai meneriakkan nama Paolo Di Canio. Paolo Di Canio seketika itu bangkit berdiri, kembali bermain dan mengambil bola dan mencetak gol. Menurutnya kejadian tersebut selalu terkenang, setelah itu Di Canio makin menjadi. Dua menit setelah The Hammers menyamakan kedudukan, waktu semakin habis tetapi wasit memberikan tendangan penalti untuk kami.
Frank Lampard saat itu hendak mengambil tendangan tersebut namun Di Canio merebutnya. Frank berbicara kepada Paolo agar dia saja yang mengambilnya karena waktu sudah hampir selesai. Paolo tidak mendengarkan dan bersiap lalu menendang bola sekeras mungkin dan GOL!!!. Bola masuk tepat ke gawang dan menjadikan sebuah kemenangan yang manis.
Seorang Fasisme dengan hati emas
Di Canio memang terkenal dengan karakter kerasnya, ia adalah seorang fasis dan seorang penentang. Bagi publik Curva Nord ia adalah pahlawan meski masanya di Lazio tak begitu lama namun kehadirannya selalu dikenang. meski terkenal keras namun ia memiliki hati emas, terbukti dengan sikapnya di partai melawan Everton, saat itu kiper Paul Gerrard mengalami cedera dan tergeletak dilapangan namun wasit tetap meneruskan pertandingan dan Di Canio mendapatkan kesempatan untuk mencetak gol ke gawang yang sudah lowong itu, namun dengan sikap fair play ia menghentikan pertandingan untuk memberikan kesempatan kiper Everton di periksa tim medis. Sikapnya itu membuat ia mendapatkan penghargaan FIFA FAIR PLAY AWARD.
Selalu di hati Curva Nord
Nama Di Canio tidak bisa lepas dari Ultras Lazio, sekelompok garis keras Laziale, Saat Lotito mendatangkan Di Canio ke Lazio pada bulan Agustus 2004 para tifosi sangat senang dan bahagia karena Lazio kembali memiliki seorang simbol yang sudah lama hilang sejak masa kepergian Alessandra Nesta ditahun 2002 ke Milan. Pada derby Roma Januari (06.01.2005) ia mencetak salah satu gol kemenangan 3 - 1 Lazio atas Roma, dan ia mengacungkan salam Fasis ke arah Curva Nord pada selebrasinya. Sayang karena sikap kerasnya dan beberapa masalah dengan pelatih dan tim membuat Lotito tidak memperpanjang kontraknya, meski hanya sebentar namun hari-harinya di skuad Lazio tetap dikenang di hati Curva Nord.
10 Maret 2008, simbol Lazio itu mengumumkan untuk pensiun dari dunia sepakbola, ia pensiun karena masalah fisik setelah 2 musim membela tim seri-c Cisco Roma.
Paolo Di Canio bukan hanya di hati para tifosi Lazio namun juga selalu di hati publik Inggris, khususnya di hati para fan West Ham United. Di Video yang di tayangkan di internet, Henry Redknapp menceritakan beberapa episode yang terjadi di London, saat ia melatih The Hammers. Pelatih itu mengatakan bahwa Di Canio itu adalah salah satu pemain hebat yang pernah dilatihnya sekaligus seorang yang super gila.
The Story.
Salah satu kenangan yang membuat kagum Harry terhadap Di Canio adalah saat Partai menghadapi Bradford City, "saat itu kami tertinggal 4-2, dan ketika itu Di Canio dilanggar dan wasit tidak memberikan penalti kepada kami. Di Canio akhirnya duduk di pinggir lapangan dan berkata "saya tidak mau bermain lagi", aku menyuruh dia untuk bangun karena kita sedang kalah, tetapi ia mengulangi lagi bahwa ia tak mau bermain lagi."
Redknapp melanjutkan kisahnya bersama mantan Lazio itu "Kita harus segera mencetak gol kelima" tetapi Di Canio tetap tak bergeming. Kejadian itu dilihat para suporter dan kemudian berdiri dan mulai meneriakkan nama Paolo Di Canio. Paolo Di Canio seketika itu bangkit berdiri, kembali bermain dan mengambil bola dan mencetak gol. Menurutnya kejadian tersebut selalu terkenang, setelah itu Di Canio makin menjadi. Dua menit setelah The Hammers menyamakan kedudukan, waktu semakin habis tetapi wasit memberikan tendangan penalti untuk kami.
Frank Lampard saat itu hendak mengambil tendangan tersebut namun Di Canio merebutnya. Frank berbicara kepada Paolo agar dia saja yang mengambilnya karena waktu sudah hampir selesai. Paolo tidak mendengarkan dan bersiap lalu menendang bola sekeras mungkin dan GOL!!!. Bola masuk tepat ke gawang dan menjadikan sebuah kemenangan yang manis.
Seorang Fasisme dengan hati emas
Di Canio memang terkenal dengan karakter kerasnya, ia adalah seorang fasis dan seorang penentang. Bagi publik Curva Nord ia adalah pahlawan meski masanya di Lazio tak begitu lama namun kehadirannya selalu dikenang. meski terkenal keras namun ia memiliki hati emas, terbukti dengan sikapnya di partai melawan Everton, saat itu kiper Paul Gerrard mengalami cedera dan tergeletak dilapangan namun wasit tetap meneruskan pertandingan dan Di Canio mendapatkan kesempatan untuk mencetak gol ke gawang yang sudah lowong itu, namun dengan sikap fair play ia menghentikan pertandingan untuk memberikan kesempatan kiper Everton di periksa tim medis. Sikapnya itu membuat ia mendapatkan penghargaan FIFA FAIR PLAY AWARD.
Selalu di hati Curva Nord
Nama Di Canio tidak bisa lepas dari Ultras Lazio, sekelompok garis keras Laziale, Saat Lotito mendatangkan Di Canio ke Lazio pada bulan Agustus 2004 para tifosi sangat senang dan bahagia karena Lazio kembali memiliki seorang simbol yang sudah lama hilang sejak masa kepergian Alessandra Nesta ditahun 2002 ke Milan. Pada derby Roma Januari (06.01.2005) ia mencetak salah satu gol kemenangan 3 - 1 Lazio atas Roma, dan ia mengacungkan salam Fasis ke arah Curva Nord pada selebrasinya. Sayang karena sikap kerasnya dan beberapa masalah dengan pelatih dan tim membuat Lotito tidak memperpanjang kontraknya, meski hanya sebentar namun hari-harinya di skuad Lazio tetap dikenang di hati Curva Nord.
10 Maret 2008, simbol Lazio itu mengumumkan untuk pensiun dari dunia sepakbola, ia pensiun karena masalah fisik setelah 2 musim membela tim seri-c Cisco Roma.