Rindu duet Zarate Pandev
Krisis
Lazio berada dalam posisi terjepit, krisis dalam tim membuat penampilan anak asuh Ballardini tidak konsisten. Hal ini membuat prestasi Biancoceleste kian buruk, belum lagi masalah lini pertahanan yang jelas-jelas butuh perombakan.
Semua itu pun berpengaruh pada penampilan Zarate, sampai pada giornata ke-10 Zarate hanya mampu mencetak 2 gol di seri-a, padahal di musim pertamanya Zarate di awal musim 2008/09 mampu bertengger di papan atas top skor.
Tentu banyak sebab yang membuat Zarate sulit sekali menciptakan gol di musim ini, mungkin salah satunya adalah partner Zarate di lini depan. Ya, musim ini Zarate seperti kehilangan seorang Pandev, partnernya musim lalu. Pandev saat ini dibekukan dari skuad inti Lazio karena dianggap penghianat oleh Lotito presiden Lazio.
Dissidenti
Julukan Dissidenti alias penghianat didapat Pandev bersama Ledesma, mereka berdua menginginkan pergi dari Lazio ketimbang memperpanjang kontrak, hal inilah yang membuat terjadinya perselisihan antara Lotito dan Pandev, yang kemudian membuat Pandev hingga kini belum pernah diturunkan oleh pelatih Ballardini.
Musim lalu bersama total 28 gol tercipta dari duet Zarate dan Pandev, bahkan Pandev menjadi top skor Coppa Italia dengan 6 gol, sedang Maurito 3 gol. Duet ini memang sangat ideal sebagai lini depan Lazio, Pandev dengan keunggulan tendangan kaki kirinya dan Zarate dengan kaki kanannya. Keduanya memiliki skill dan dribling diatas rata-rata, Zarate memiliki kelebihan dalam menembus pertahanan lawan sedang Pandev selalu berada di tempat yang pas untuk menceploskan bola kegawang lawan. Beberapa kali penetrasi yang dilakukan Zarate selalu diakhir dengan finishing yang sempurna dari Pandev. Kolaborasi mereka sangat ditakuti oeh klub lain.
Tridente
Kini tanpa Pandev, Zarate masih memiliki Rocchi yang memang seperti Pandev, Rocchi sejak musim lalu menjadi duet Zarate. Bahkan Delio Rossi (pelatih Lazio musim lalu) juga sering menurunkan mereka bertiga sekaligus dan tridente ini sempat terkenal dengan nama Za-Ro-Pa. Namun sayang Rocchi lebih sering dibangku cadangkan dan Ballardini lebih memilih Cruz sebagai duet Zarate.
Sampai sekarang kolaborasi Cruz dan Zarate belum memperlihatkan kesuksesan yang sama seperti yang telah dibuktikan oleh duet Zarate dan Pandev seperti musim lalu. Semoga dipertandingan nanti Cruz dan Zarate atau Rocchi dan Zarate bisa mengembalikan ketajaman lini depan Lazio, ataukah kita kembali bisa melihat duet Pandev bersama Zarate?
pict: Zarate dan Pandev
Lazio berada dalam posisi terjepit, krisis dalam tim membuat penampilan anak asuh Ballardini tidak konsisten. Hal ini membuat prestasi Biancoceleste kian buruk, belum lagi masalah lini pertahanan yang jelas-jelas butuh perombakan.
Semua itu pun berpengaruh pada penampilan Zarate, sampai pada giornata ke-10 Zarate hanya mampu mencetak 2 gol di seri-a, padahal di musim pertamanya Zarate di awal musim 2008/09 mampu bertengger di papan atas top skor.
Tentu banyak sebab yang membuat Zarate sulit sekali menciptakan gol di musim ini, mungkin salah satunya adalah partner Zarate di lini depan. Ya, musim ini Zarate seperti kehilangan seorang Pandev, partnernya musim lalu. Pandev saat ini dibekukan dari skuad inti Lazio karena dianggap penghianat oleh Lotito presiden Lazio.
Dissidenti
Julukan Dissidenti alias penghianat didapat Pandev bersama Ledesma, mereka berdua menginginkan pergi dari Lazio ketimbang memperpanjang kontrak, hal inilah yang membuat terjadinya perselisihan antara Lotito dan Pandev, yang kemudian membuat Pandev hingga kini belum pernah diturunkan oleh pelatih Ballardini.
Musim lalu bersama total 28 gol tercipta dari duet Zarate dan Pandev, bahkan Pandev menjadi top skor Coppa Italia dengan 6 gol, sedang Maurito 3 gol. Duet ini memang sangat ideal sebagai lini depan Lazio, Pandev dengan keunggulan tendangan kaki kirinya dan Zarate dengan kaki kanannya. Keduanya memiliki skill dan dribling diatas rata-rata, Zarate memiliki kelebihan dalam menembus pertahanan lawan sedang Pandev selalu berada di tempat yang pas untuk menceploskan bola kegawang lawan. Beberapa kali penetrasi yang dilakukan Zarate selalu diakhir dengan finishing yang sempurna dari Pandev. Kolaborasi mereka sangat ditakuti oeh klub lain.
Tridente
Kini tanpa Pandev, Zarate masih memiliki Rocchi yang memang seperti Pandev, Rocchi sejak musim lalu menjadi duet Zarate. Bahkan Delio Rossi (pelatih Lazio musim lalu) juga sering menurunkan mereka bertiga sekaligus dan tridente ini sempat terkenal dengan nama Za-Ro-Pa. Namun sayang Rocchi lebih sering dibangku cadangkan dan Ballardini lebih memilih Cruz sebagai duet Zarate.
Sampai sekarang kolaborasi Cruz dan Zarate belum memperlihatkan kesuksesan yang sama seperti yang telah dibuktikan oleh duet Zarate dan Pandev seperti musim lalu. Semoga dipertandingan nanti Cruz dan Zarate atau Rocchi dan Zarate bisa mengembalikan ketajaman lini depan Lazio, ataukah kita kembali bisa melihat duet Pandev bersama Zarate?
pict: Zarate dan Pandev